Jumat, 19 Juli 2013



Bismillahirrahmanirrahim...

Sebenarnya kata-kata bisnis bukanlah hal yang baru bagi saya. Dulu sekali, waktu masih jadi anak SD, saya telah memulai menjual "wayang", tazos, minizet, kelereng, sampai pernah suatu kali kepikiran jual lotre. Lotrenya sederhana banget, potongan wayang yang telah dinomori dilipat, kemudian distaples. Nomor yang tertera di wayang itu akan menunjukkan hadiah apa yang didapat oleh si pembeli. Mirip-mirip judi ga sih..?? Maklum, dulu belum ngerti banget yang namanya syariat.
Seiring berjalannya waktu, beranjak dewasa, minat bisnis saya mulai terkikis. SMP dan SMA praktis saya tidak bergelut lagi dengan namanya bisnis. Mungkin waktu itu lagi enak-enaknya punya temen baru, lagi enak-enaknya belajar, dsb.

Saat kuliah, pernah suatu kali mencoba menawarkan bimbel jarak jauh, kerja sama dengan salah satu bimbel terkemuka di kampus. Hasilnya lumayan juga ternyata buat makan-makan.^__^
Sekarang, ketika bergulat dengan dunia kerja, yang semakin menyita waktu, jiwa bisnis ini tetap saja memanggil-manggil. Rasanya gatel kalau ga ada yang dibisnisin. Parah...!!

Berawal dari kebutuhan terhadap herbal, yang menjadi barang wajib di keluarga kami, saya mendatangi sebuah toko herbal di kawasan Bekasi Timur, yang kebetulan bersebelahan dengan tempat kajian. Sambil menyelam minum air yang banyak. Dapet ilmu, dapet herbal.

Tak seperti toko herbal kebanyakan, toko tersebut menawarkan harga yang jauh lebih murah dari pada harga herbal lain di toko-toko sejenis (apalagi dibandingin sama toko online). Diskon yang diberikan hampir selalu 50% dari harga normal, walaupun kita bukan reseller besar. Ide jualan herbal ke temen-temen kantor muncul. #tuing..

Sejak saat itu, saya aktif promosi di Facebook, BBM, web, sms, dll.
Menjual herbal melalui media sosial seperti FB, BBM, bukan hal yang mudah. Terkadang ada temen yang ga suka kalau wallnya dipenuhin oleh dagangan kita. (maklum sih). Saya pun pastinya begitu, begah juga kalo liat tiap detik, tiap menit yang muncul dagangan orang-orang. Menyadari hal tersebut akan berdampak negatif bagi dunia pertemanan saya, diputuskan tidak memposting lagi produk-produk di media sosial. Paling sekali-sekali banget, kalo ada barang murah, bagus, dan lagi booming.

Usaha tersebut lumayan lancar, margin yang didapat perbulan bisa mencapai Rp500.000,- (lumayan kan buat makan sama keluarga di luar).

Mungkin hal yang perlu saya perhatikan lagi adalah sisi akuntabilitas keuangan "perusahaan". Maklum, pencatatan dan penyimpanan uang kadang campur aduk ama uang pribadi. Jadi ga teratur, dan marginnya kadang ga berasa (dipake mulu).

Itung-itung, memulai bisnis kecil-kecilan, sambil kerja sambil usaha.

Next step harus lebih rapih. Klik disini untuk mengunjungi toko herbal online saya.


#ini kisahku, mana kisahmu (haha..)


Sumber gambar

0 komentar :

Posting Komentar