Jumat, 19 Oktober 2012

Resign dari PeEnEs (PEE), menurut ane sih (untuk saat ini) masih menjadi sebuah angan-angan. Perlu banyak pertimbangan dan kebulatan tekad untuk mengambil keputusan tersebut.

Di Indonesia tercinta ini, PEE tuh pavorit banget. Dimana-mana orang pada mau jadi PEE. Entah motivasinya karena uang, kerjaan yang enak, ataupun lainnya, sampe rela jual tanah, buat jadi PEE.

Bagi ane sendiri, menjadi PEE awalnya emang ngebanggain banget. Apalagi kalo orang tua juga PEE, pasti bangga dong anaknya juga ikut menjaga keturunan PEE. Gajinya tiap bulan lumayan gede untuk ukuran D3, sekalinya honor Tim cair bisa beli 3 BB sekaligus. Kurang apa coba..??

Bukannya ga bersyukur jadi PEE, tapi entahlah..ada yang mengganjal. Di lubuk hati ini rasanya ada keinginan untuk menjadi pengusaha aja, hidup normal, tanpa diburu waktu. Bisa menyesuaikan jam kerja dengan jam keluarga. Tidak perlu berdiri di KRL berjam-jam, tidak perlu harus mengejar absensi kantor, tidak perlu berangkat ke kantor pagi buta.
Keuntungan resign udah kebayang sih:
1. Bisa ngurus anak dengan benar.
2. Bisa beribadah tepat waktu.
3. Bisa menimba ilmu lebih leluasa.
4. dsb dsb..

Gimana soal penghasilan?? Cicilan rumah?? biaya anak sekolah??
Itu pertimbangan lain sebelum memutuskan resign.

Well..hidup adalah pilihan, entahlah ....pilihan seperti apa nantinya yang ane ambil.

-Abu Ibaad-

Jumat, 12 Oktober 2012


Selain belajar di kelas, guru-guru di sekolah ini menerapkan konsep Learning By Doing, seperti nama sekolah tentunya. Setelah mendapatkan teori di kelas, mereka menerapkannya dalam kegiatan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Di saat sekolah lain hanya memberikan teori tentang gaya, tekanan, dan vektor, sekolah ini mengajarkan aplikasi untuk teori tersebut. Sewaktu saya mengunjungi sekolah ini, terlihat anak-anak kelas VI sedang mengerjakan "proyek" kecil-kecilan berupa Roket Air yang terbuat dari bekas botol plastik minuman bersoda. Dipandu oleh seorang instruktur, mereka berusaha merakit roket air tersebut agar bisa meluncur terbang ke angkasa. Sesekali terlihat sang instruktur menjelaskan proses kerja dari roket tersebut disertai dengan gesture tubuh yang terlihat lucu. Saya jadi teringat waktu sekolah dulu, pelajaran seperti ini baru saya terima ketika berada di tingkat sekolah menengah, dan itupun hanya diberikan teori sekenanya, dan saya tidak mengerti sama sekali.
Di sudut lapangan yang berbeda, tampak anak-anak perempuan sedang duduk di bawah pohon sambil jarinya sibuk menyusun lembaran flanel menjadi bros-bros kecil yang lucu. Yup..mereka sedang mempraktikkan proses pembuatan bros seperti yang banyak dijual dipasaran. Menurut saya hasilnya tidak jelek-jelek amat, bisa dijual juga mungkin. ^__^

To be continued...

Selasa, 09 Oktober 2012

*gambar diambil dari http://happinessscrappiness.blogspot.com/2009/12/ninie-designsfunny-kitchen.html

Inilah harta karun dapur saya


Suatu hari saya tersenyum –senyum sendiri melihat lemari peralatan dapur saya. Banyak memori di setiap barang.halahhh..preet.. :P

Usia pernikahan kami masih balita, dan ada catatan sempat pisah dua dapur, maka, peralatan kami masih sangat minimalis. Keluarga muda gitu..baru beberapa tahun bekerja terus nekad menikah. Peralatan makan ditabung dari sedikit demi sedikit.

Tak terasa, lemari perkakas full dengan segala barang ajaib.

Saya ingat, piring sango warna coklat itu dibeli hanya 6 buah saja di pasar malam kota Batang (di pekan Kliwonan). Panci kecil untuk memasak air itu mengingatkan saya pada peristiwa ketika ibaad baru menginjak 5 bulan, abahnya berkali-kali merebus air untuk berenang si ibaad, air PAM Kalisalak dingin sekali soalnya.

ada cobek kecil dari batu yang bentuknya tidak sempurna, saya mencarinya di hari libur ketika abahnya ibaad tidak pulang. muter-muter di pasar tradisional, akhirnya ketemu juga. dari batu asli (bukan semen). Cobek ini asisten handal saya, secara kalau tidak ada sambel kurang nampol kata abah. kalau sedang tidak mood masak, atau ketika lauk yang ada terlalu simpel, maka ditemani dengan ulekan beberapa buah cabe dan teman-teman, jadilah meja makan kami lebih berasa. terimakasih cobek.. :) halahhhh.. :p

Wajan kecil, panci kecil,sodet, sarangan gorengan..saya ingat ketika hari sabtu ahad, waktu kami bertemu sepekan sekali setelah menikah. Saya masih ngekos. Siang itu saya masak sayur asem, goreng ikan pindang dan bikin sambel terasi mentah. Super enak kata suami saya, dan percaya atau tidak, saya berusaha mengulangi menu itu lagi tetapi rasanya tetap tidak bisa menyamai dengan kelezatan waktu itu. Nuansanya beda kali ya..

Ada Magic com mini, yang baru kami berhentikan beberapa bulan yang lalu, kondisinya sudah benar-benar rusak. Pancinya masih bagus, tetapi body luarnya sudah keropos saking tuanya hihihi. Ini juga peninggalan kos, kembaran sama teman kos saya, Nunik. Ketika Ramadhan, acara sahur kami jadi lebih nikmat berkat bantuannya. Sekarang magic com kami ukurannya lebih besar, dan warnanya hijau. Saya ingat ketika abahnya ibaad pergi begitu lama dan kembali membawanya sebagai kejutan. Hihihi..

Sebagian besar peninggalan jaman kosan saya sebelum menikah. Include kulkas merk sharp extra big freezer yang setia menemani perjuangan ASIX ibaad. Jadi ingat juga ketika dulu saya terkaget-kaget mendapati keju di kulkas ada bekas gigitannya, heran saya, kenapa bisa ada tikus masuk? Ternyata abahnya ibaad akhirnya mengaku dah nyemil sambil malu-malu..:D

Beberapa barang merupakan hadiah pernikahan kami dari teman-teman yang sangat pengertian. seperti blender yang sampai sekarang masih tangguh dipakai menemani MPASI abang. Happycool (yeah..it’s soooooo cool :D ) yang begitu banyak fungsinya..

Oh iya..ada satu lagi, pisau arzberg yang cantik dan menjadi andalan. Hahha, kami mendapatkannya karena ngumpulin kupon di Hypermart. Waktu itu belanja berbagai kebutuhan rumah seperti keset, lampu, dan lain-lain. Waa..jadi terkenang-kenang momen waktu itu. Sabtu minggu yang dinantikan, karena baru bisa betemu. Alhamdulillah, sekarang sudah serumah, semoga Allah terus meridlainya.

Selebihnya, begitu banyak kenangan menyiapkan makanan untuk keluarga. Meski kadang sering ga enak di lidah, tetep aja terus semangat belajar. Selalu ada kisah di setiap peralatan dapur saya dan hidangan yang bisa dibuat. Ada cinta dan ketulusan di sana. :) ada banyak hal..hehehhe..

habis ini kembali lagi ke dapur dan bersemangat memasak untuk abah dan abang..hihihi


“Preparing food is not just about your self and others. It is about everything!” Shunryu Suzuki

Selasa, 02 Oktober 2012


Learning By Doing Boarding School adalah sekolah tingkat dasar yang menganut metode freedom of study. Kebebasan di sini adalah kebebasan untuk menggunakan metode pembelajaran. No uniform, no shoes, no hat, and no "angry bird" (guru killer, red). Lingkungan asrama yang tenang, kicauan burung kecil, semilir angin pengunungan membuat betah berlama-lama di sekolah ini. Asrama berdiri kokoh memanjang di ujung timur kompleks sekolah. Di sebelah utara, megah nan mewah bangunan putih bertuliskan Ruangan Guru, disampingnya berdiri menara tinggi yang kemudian saya ketahui sebagai pemancar gelombang wifi + radio sekolah. Sarana olahraga, seperti lapangan sepak bola dan badminton, terletak di tengah kompleks sekolah. 
Puas melihat keadaan sekeliling, saya pun beranjak menelusuri kelas-kelas yang berada di sisi barat. Dari balik jendela, terlihat bangku-bangku yang disusun dengan pola U-Shape, sehingga memudahkan guru dalam berinteraksi dengan para siswa.

Tujuan awal dari didirkannya sekolah ini adalah untuk mencetak anak-anak unggul, kreatif, berwawasan luas, mampu berpikir secara rasional, dan mengerti konsep keilmuan. Tak peduli berasal dari kalangan miskin ataupun berpunya,  semua biaya terkait sekolah ditanggung oleh pihak yayasan, SELURUHNYA. Untuk itu, yayasan menerapkan tahapan yang ketat dalam melakukan rekrutmen. Untuk menjadi siswa di LBD BS tidaklah mudah. Berbagai tahapan seleksi dilakukan oleh anak-anak yang berminat masuk ke sekolah ini. Mulai dari tes kesehatan, psikologi, kognitif, dan kemampuan verbal yang baik. Namun demikian, ada syarat utama yang tidak boleh dilanggar, Muslim. Yup...karena LBD BS menerapkan pola seperti pesantren, dimana anak-anak selain diajarkan ilmu-ilmu umum, juga diajarkan ilmu agama yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah.  


To be continued...