Bismillahirrahmanirrahim...
Open Recruitment: Ministry of Finance
Musim penerimaan CPNS akan segera dimulai. Pastinya ini memberikan angin segar bagi para lulusan sarjana yang belum dapat kerjaan, atau yang masih belum enjoy di kerjaan lama.
Bumbu Rahasia #1 : udang rebon
Proyek pertama awal tahun judulnya adalah bumbu rahasia. Hohohoohohoho (tertawa penuh misteri..) :p.
Impian itu..
Beberapa waktu belakangan, beberapa kali terpikir untuk menjadi seorang pengajar, entah itu SMA ataupun di jenjang Perguruan Tinggi. Alasannya sederhana, bosan dengan rutinitas pekerjaan dan ingin mengabdikan diri dengan memberikan ilmu kepada semua orang.
Belajar Bisnis Jilid #1
Sebenarnya kata-kata bisnis bukanlah hal yang baru bagi saya. Dulu sekali, waktu masih jadi anak SD, saya telah memulai menjual "wayang", tazos, minizet, kelereng, sampai pernah suatu kali kepikiran jual lotre.
Ketika si Sholih yang masih kecil panas
Perlu untuk dipelajari jauh jauh hari, apa saja hal yang sebaiknya diperhatikan ketika anak demam. Karenaaaaa (a nya banyak), ketika sudah kejadian, kemungkinan kecil kita baru buka buku, baca teori, sementara kepanikan dan rasa gugup masih merasuki diri kit.a
Kamis, 25 Juli 2013
Bismillahirrahmanirrahim...
Minggu, 21 Juli 2013
Buku menurut banyak orang merupakan jendelanya dunia. Melalui buku, kita jadi mengerti banyak hal. Mulai dari perkara ringan semacam ekonomi, sosial, teknologi, dsb, maupun perkara berat semacam tren busana muslimah abad 21, tren hijab “muslimah”, dll. Namun, dewasa ini perannya seolah tergantikan oleh media internet, ditambah dengan beragam mesin pencarian bermunculan, semisal mr google yang kita anggap serba tahu. Selain menawarkan informasi yang cepat, mr google juga dapat memberikan semua gambaran keingintahuan bagi semua orang. Yah..bisa dibilang saat ini jendela dunia bukan lagi milik buku, tapi juga miliknya media internet. Lambat laun, buku mulai ditinggalkan. Pengalaman pribadi mengiyakan pendapat tersebut. Segala macam informasi dapat diakses melalui smartphone or tablet. Tinggal sentuh-sentuh, geser-geser, semua informasi langsung ada di depan mata. So simple..!! Lalu bagaimana dengan eksistensi penjualan buku itu sendiri?
Nasib si Buku
Menurut saya pribadi, eksistensi buku tak akan pernah berakhir. Apa pasal? Begini Saudara, ketika pada zaman dahulu buku dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan, kini perannya mungkin agak sedikit berkembang (kalau tidak mau dibilang bergeser). Buku tidak hanya dipandang sebagai sebuah barang yang bisa memberikan ilmu yang bermanfaat, tapi bagi sebagaian [red: banyak] orang, buku juga menjadi bahan koleksi. Pergeseran tersebut dapat dipandang ke arah positif tapi juga negatif. Positifnya, buku sekarang menjadi barang yang layak buru. Buku biografi Steve Job contohnya. Menjadi best seller di banyak Negara, termasuk Indonesia. Banyak orang saat ini menjadikan buku sebagai koleksi pribadi, penghias rak-rak buku di rumah. Bisa jadi dengan mengoleksi berbagai ragam buku, sang pemilik dianggap pintar dan “cinta” buku. Padahal tak satupun buku yang dibeli habis dibaca. Bahkan sampai lupa kalau pernah beli tuh buku. Kalau pernah lihat acara-acara kultum di televisi swasta, stage act sang ustadz digambarkan sedang berdiri di perpustakan pribadinya dengan beragam kitab-kitab bahasa Arab yang kalau disusun bisa membentuk judul dari buku itu sendiri. Saya sih berkhusnudzon saja kalau kitab-kitab tersebut telah dilahap habis sama sang ustadz, jadi beliau simpen semua tuh kitab dalam lemari kaca bersih nan rapih, biar terlihat selalu baru, biar ga rusak juga tentunya [kono katanya paketan kitab-kitab tebal yang masih bahasa Arab mahal]. Negatifnya ya efek dari koleksi mengoleksi itu tadi, buku hanya dibeli, disimpan, dan dipajang, tanpa memberikan ilmu apapun kepada pemiliknya kecuali sedikit.
Tenang kawan, kalau ada yang merasa tersindir, anda tidak sendiri. Mungkin kalau bisa menangis, buku-buku yang terpajang rapi di rumah saya akan menangis sejadi-jadinya. Hampir tak ada satupun buku yang berhasil diselesaikan. Kebanyakan hanya berhenti di halaman Kata Pengantar dan daftar isi. Hanya novel-novel saja yang dapat tembus sampai halaman terakhir, itupun dengan perjuangan. Hehe..
Well, mumpung sekarang bulan Ramadhan, sabtu atau ahad kalau tidak ada kerjaan, sempatkanlah membaca. Mulai dari yang tipis-tipis mungkin, mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang.
Jumat, 19 Juli 2013
Bismillahirrahmanirrahim...
Sebenarnya kata-kata bisnis bukanlah hal yang baru bagi saya. Dulu sekali, waktu masih jadi anak SD, saya telah memulai menjual "wayang", tazos, minizet, kelereng, sampai pernah suatu kali kepikiran jual lotre. Lotrenya sederhana banget, potongan wayang yang telah dinomori dilipat, kemudian distaples. Nomor yang tertera di wayang itu akan menunjukkan hadiah apa yang didapat oleh si pembeli. Mirip-mirip judi ga sih..?? Maklum, dulu belum ngerti banget yang namanya syariat.
Seiring berjalannya waktu, beranjak dewasa, minat bisnis saya mulai terkikis. SMP dan SMA praktis saya tidak bergelut lagi dengan namanya bisnis. Mungkin waktu itu lagi enak-enaknya punya temen baru, lagi enak-enaknya belajar, dsb.
Saat kuliah, pernah suatu kali mencoba menawarkan bimbel jarak jauh, kerja sama dengan salah satu bimbel terkemuka di kampus. Hasilnya lumayan juga ternyata buat makan-makan.^__^
Sekarang, ketika bergulat dengan dunia kerja, yang semakin menyita waktu, jiwa bisnis ini tetap saja memanggil-manggil. Rasanya gatel kalau ga ada yang dibisnisin. Parah...!!
Berawal dari kebutuhan terhadap herbal, yang menjadi barang wajib di keluarga kami, saya mendatangi sebuah toko herbal di kawasan Bekasi Timur, yang kebetulan bersebelahan dengan tempat kajian. Sambil menyelam minum air yang banyak. Dapet ilmu, dapet herbal.
Tak seperti toko herbal kebanyakan, toko tersebut menawarkan harga yang jauh lebih murah dari pada harga herbal lain di toko-toko sejenis (apalagi dibandingin sama toko online). Diskon yang diberikan hampir selalu 50% dari harga normal, walaupun kita bukan reseller besar. Ide jualan herbal ke temen-temen kantor muncul. #tuing..
Sejak saat itu, saya aktif promosi di Facebook, BBM, web, sms, dll.
Menjual herbal melalui media sosial seperti FB, BBM, bukan hal yang mudah. Terkadang ada temen yang ga suka kalau wallnya dipenuhin oleh dagangan kita. (maklum sih). Saya pun pastinya begitu, begah juga kalo liat tiap detik, tiap menit yang muncul dagangan orang-orang. Menyadari hal tersebut akan berdampak negatif bagi dunia pertemanan saya, diputuskan tidak memposting lagi produk-produk di media sosial. Paling sekali-sekali banget, kalo ada barang murah, bagus, dan lagi booming.
Usaha tersebut lumayan lancar, margin yang didapat perbulan bisa mencapai Rp500.000,- (lumayan kan buat makan sama keluarga di luar).
Mungkin hal yang perlu saya perhatikan lagi adalah sisi akuntabilitas keuangan "perusahaan". Maklum, pencatatan dan penyimpanan uang kadang campur aduk ama uang pribadi. Jadi ga teratur, dan marginnya kadang ga berasa (dipake mulu).
Itung-itung, memulai bisnis kecil-kecilan, sambil kerja sambil usaha.
Next step harus lebih rapih. Klik disini untuk mengunjungi toko herbal online saya.
#ini kisahku, mana kisahmu (haha..)
Sumber gambar